CINTA DAN PERNIKAHAN
Wawancara
dengan MR & MS X
Keluarga
kecil ini telah hidup bersama sejak tahun 1991 ketika pasangan suami istri ini
mengikatkan janjinya. Mereka memiliki 5 orang anak 3 perempuan dan 2 laki-laki.
Mr. X bekerja menjadi PNS DAN Ms. X bekerja pada salah satu perusahaan swasta,
mereka termasuk orang yang berkecukupan walaupun tidak berlebihan, tetapi
mereka selalu menanamkan pada anak-anak mereka bahwa harus selalu rendah hati,
dan harus selalu berusaha untuk mendapatkan sesuatu. Mereka tinggal di sebuah
komplek kecil daerah kampung dukuh. Anak mereka yang pertama perempuan baru
saja menikah beberapa bulan yang lalu, yang kedua perempuan lagi sedang
melanjutkan kuliahnya di salah satu universitas swasta di Jakarta, anak ke 3
mereka laki-laki baru lulus SMA tahun ini, anak keempat mereka perempuan kelas
1 SMA dan anak bungsu mereka laki-laki kelas 2 SMP. Mr. X mengakui bahwa dia
tidak dapat berada jauh dari keluarganya, ketika anak keduanya diterima di
salah satu perguruan tinggi negeri di bali Mr.X tidak setuju karena dia tidak
mau kekurangan salah satu anggota keluarga kecilnya.
Keluarga
ini sangat harmonis mereka dapat mengatasi masalahnya sendiri tanpa harus
bertengkar hebat dengan pasangannya, mereka mengerti cara meredam emosi dan
mereka mengerti bahwa masalah karena mereka mengetahui dari awal, menjadi
seorang suami istri pasti akan ada banyak hal yang terlewati dan mereka
menyadari dalam hidup seseorang tidak pernah luput dari kesalahan. Walaupun mereka
dapat berkumpul hanya hari sabtu atau minggu namun komunikasi mereka dan
anak-anak mereka tetap terjalin, sebelum tidur pun mereka selalu berdiskusi
kecil tentang hal yang paling kecil hingga hal yang paling besar. Adapun
beberapa alasan yang telah menjadi komitmen mereka sejak awal antara lain,
1. Membangun
Rasa Percaya
2. Menghargai
Pasangan
3. Berusaha
selalu ada untuk pasangan
4. Menciptakan
Harapan
5. Mencoba
hal baru
Mereka
sadar mereka akan banyak mengalami tahap dimana pasangan suami istri kerap saling menyalahkan,
memiliki rasa marah dan kecewa pada pasangan, berusaha menang atau lebih benar
dari pasangannya dan ketika mereka mengalami tahap ini mereka akan lebih memahami
bagaimana posisi dan diri pasangannya dan mereka akan mencoba tingkah laku yang
berkenan di hati pasangannya dan saat itu, mereka akan saling menunjukkan
penghargaan, empati dan ketulusan untuk mengembangkan kehidupan perkawinan yang
nyaman dan tentram.
Setelah pertengkaran dan mereka
mengerti jalan keluarnya mereka akan kembali dipenuhi dengan keceriaan,
kemesraan, keintiman, kebahagiaan, dan kebersamaan dengan pasangan. Mereka
semakin menghayati cinta kasih pasangannya.
Mereka
mengakui bahwa anak-anak mereka terkadang ingin mempunyai rumah tangga yang
harmonis seperti mereka, mereka pun dapat selalu menyisihkan waktunya untuk
dapat berkumpul bersama keluarga. Mereka juga selalu berfikir ke depan, setiap
gaji yang mereka dapati sebagian mereka tabung untuk keperluan masa depan
anak-anak mereka karena mereka sama-sama takut tidak bisa menemani anak-anak
mereka sampai mereka sukses.
Dan mereka
sama-sama berharap dan sama-sama ingin menghabiskan sisa umur mereka dan masa
tua mereka bersama-sama. Mereka ingin selalu menjadi keluarga yang harmonis dan
besar harapan mereka untuk anak-anaknya menjadi sukses. Semoga segala sesuatu
yang mereka inginkan dan segala sesuatu yang mereka harapkan dapat terwujud,
dan semoga hubungan harmonis mereka akan menjadi panutan bagi anak-anak mereka
juga bagi orang lain di sekitar mereka.
Nursila
Raisamatari (15512518)
2PA03
Dosen: Ibu
Lidya Chatrunnada
Kesehatan
Mental