Selasa, 24 Juni 2014

Kesehatan Mental "Cinta Dan Pernikahan" (Nursila Raisamatari 15512518)



CINTA DAN PERNIKAHAN
Wawancara dengan MR & MS X

Keluarga kecil ini telah hidup bersama sejak tahun 1991 ketika pasangan suami istri ini mengikatkan janjinya. Mereka memiliki 5 orang anak 3 perempuan dan 2 laki-laki. Mr. X bekerja menjadi PNS DAN Ms. X bekerja pada salah satu perusahaan swasta, mereka termasuk orang yang berkecukupan walaupun tidak berlebihan, tetapi mereka selalu menanamkan pada anak-anak mereka bahwa harus selalu rendah hati, dan harus selalu berusaha untuk mendapatkan sesuatu. Mereka tinggal di sebuah komplek kecil daerah kampung dukuh. Anak mereka yang pertama perempuan baru saja menikah beberapa bulan yang lalu, yang kedua perempuan lagi sedang melanjutkan kuliahnya di salah satu universitas swasta di Jakarta, anak ke 3 mereka laki-laki baru lulus SMA tahun ini, anak keempat mereka perempuan kelas 1 SMA dan anak bungsu mereka laki-laki kelas 2 SMP. Mr. X mengakui bahwa dia tidak dapat berada jauh dari keluarganya, ketika anak keduanya diterima di salah satu perguruan tinggi negeri di bali Mr.X tidak setuju karena dia tidak mau kekurangan salah satu anggota keluarga kecilnya.
Keluarga ini sangat harmonis mereka dapat mengatasi masalahnya sendiri tanpa harus bertengkar hebat dengan pasangannya, mereka mengerti cara meredam emosi dan mereka mengerti bahwa masalah karena mereka mengetahui dari awal, menjadi seorang suami istri pasti akan ada banyak hal yang terlewati dan mereka menyadari dalam hidup seseorang tidak pernah luput dari kesalahan. Walaupun mereka dapat berkumpul hanya hari sabtu atau minggu namun komunikasi mereka dan anak-anak mereka tetap terjalin, sebelum tidur pun mereka selalu berdiskusi kecil tentang hal yang paling kecil hingga hal yang paling besar. Adapun beberapa alasan yang telah menjadi komitmen mereka sejak awal antara lain,
1.      Membangun Rasa Percaya
2.      Menghargai Pasangan
3.      Berusaha selalu ada untuk pasangan
4.      Menciptakan Harapan
5.      Mencoba hal baru
Mereka sadar mereka akan banyak mengalami tahap dimana pasangan suami istri kerap saling menyalahkan, memiliki rasa marah dan kecewa pada pasangan, berusaha menang atau lebih benar dari pasangannya dan ketika mereka mengalami tahap ini mereka akan lebih memahami bagaimana posisi dan diri pasangannya dan mereka akan mencoba tingkah laku yang berkenan di hati pasangannya dan saat itu, mereka akan saling menunjukkan penghargaan, empati dan ketulusan untuk mengembangkan kehidupan perkawinan yang nyaman dan tentram.
Setelah pertengkaran dan mereka mengerti jalan keluarnya mereka akan kembali dipenuhi dengan keceriaan, kemesraan, keintiman, kebahagiaan, dan kebersamaan dengan pasangan. Mereka semakin menghayati cinta kasih pasangannya.
Mereka mengakui bahwa anak-anak mereka terkadang ingin mempunyai rumah tangga yang harmonis seperti mereka, mereka pun dapat selalu menyisihkan waktunya untuk dapat berkumpul bersama keluarga. Mereka juga selalu berfikir ke depan, setiap gaji yang mereka dapati sebagian mereka tabung untuk keperluan masa depan anak-anak mereka karena mereka sama-sama takut tidak bisa menemani anak-anak mereka sampai mereka sukses.
Dan mereka sama-sama berharap dan sama-sama ingin menghabiskan sisa umur mereka dan masa tua mereka bersama-sama. Mereka ingin selalu menjadi keluarga yang harmonis dan besar harapan mereka untuk anak-anaknya menjadi sukses. Semoga segala sesuatu yang mereka inginkan dan segala sesuatu yang mereka harapkan dapat terwujud, dan semoga hubungan harmonis mereka akan menjadi panutan bagi anak-anak mereka juga bagi orang lain di sekitar mereka.


Nursila Raisamatari (15512518)
2PA03
Dosen: Ibu Lidya Chatrunnada
Kesehatan Mental      
 

All About Psychology Template by Ipietoon Cute Blog Design