KESEHATAN MENTAL
DISUSUN OLEH:
NURSILA RAISAMATARI S (15512518)
KELAS: 2PA03
UNIVERSITAS
GUNADARMA
Saya akan
memasukan kasus Demi Lovato terhadap teori psikoanalisis dari Freud. Sigmund
freud dan orang-orang yang mengikuti ajarannya mempelajari kepribadian yang
terganggu secara emosional, bukan kepribadian yang sehat atau kepribadian yang
paling buruk dari kodrat manusia, bukan yang paling baik.
Kepribadian yang sehat menurut psikoanalisis antara
lain:
1. Individu bergerak menurut pola perkembangan yang
ilmiah.
2. Kemampuan dalam mengatasi tekanan dan kecemasan, dengan belajar
3. Mental yang sehat ialah seimbangnya fungsi dari superego terhadap id dan ego
4. Tidak mengalami gangguan dan penyimpangan pada mentalnya
5. Dapat menyesuaikan keadaan dengan berbagai dorongan dan keinginan
2. Kemampuan dalam mengatasi tekanan dan kecemasan, dengan belajar
3. Mental yang sehat ialah seimbangnya fungsi dari superego terhadap id dan ego
4. Tidak mengalami gangguan dan penyimpangan pada mentalnya
5. Dapat menyesuaikan keadaan dengan berbagai dorongan dan keinginan
Namun kasus Demi Lovato sangat bertentangan dengan 5
kepribadian sehat menurut psikoanalisis, Demi Lovato tidak mampu belajar
mengatasi tekanan dan kecemasan oleh trauma masa lalunya, Demi Lovato juga
tidak bisa menyeimbangkan fungsi dari superego karena dia tidak bisa percaya
pada kenyataan dia balik ke masa lalunya selalu, Demi Lovato juga mengalami
gangguan dan penyimpangan pada mentalnya Demi Lovato menyebut penyakitnya itu
adalah “physical and emotional issue” yang belakangan diketahui berupa
depresi dan bulimia. Karena itu, ia mencoba untuk menyembuhkan diri dengan
tinggal di tempat rehabilitasi selama tiga bula, dan Demi Lovato juga tidak
dapat menyesuaikan keadaan dengan berbagai dorongan dan keinginan. Ketika dia
mengadakan konser dalam keadaan lapar.
Kasus Demi
Lovato ini berawal dari kelas 7th Grade, setara dengan kelas 2 SMP di
Indonesia, Demi Lovato di-bully oleh teman-teman sekolahnya. Ia
yang saat itu masih kanak-kanak dan innocent diledek sebagai: “Cewe
Gemuk” oleh tidak hanya satu, tapi banyak teman yang menyebutnya demikian.
Memang itu hanya dua kata yang sederhana, tapi siapa sangka dua kata tersebut
terekam kuat di otak Demi. Bahkan mempengaruhi hidupnya sampai sekarang. Sejak
usia 12 tahun, Demi membenci tubuhnya. Ia menjadi seorang penderita eating
disorder yang semakin lama semakin berkembang menjadi bulimia. Bulimia
adalah gangguan pola makan yang serius, dimana seseorang makan makanan dengan
jumlah yang banyak dalam waktu singkat dan kemudian dia membersihkan diri dari
makanan tersebut dengan cara memuntahkan kembali makanan tersebut atau
dengan menelan obat pencahar. Hal ini diakibatkan oleh keinginan kuatnya untuk
menjadi kurus.
Dengan
menjadi artis, tidak membuat hidup Demi lebih baik, bahkan sebaliknya. Ia
semakin kehilangan kepercayaan diri dan malu akan tubuh yang menurutnya ‘gemuk’
tersebut. Pola pikir ini membuat Demi mengadakan konser dalam keadaan
lapar, kehilangan suara karena muntah, dan dalam keadaan paling buruk, ia muntah
lima kali dalam sehari. Bahkan Demi merasa depresi apabila
papparazi tersebut mengambil fotonya dengan angel yang buruk, sehingga
ia kelihatan lebih gemuk. Depresi ini mengantarkan Demi untuk mulai
berkenalan dengan alkohol dan mulai menyayat-nyayat tangannya dengan benda
tajam. Menurut Demi, ini adalah cara untuk keluar dari kecemasan dan depresi
yang dialaminya.
Demi
lovato tidak lagi gemuk. Namun, apakah
itu dapat membuat luka yang ditorehkan teman-teman disekolahnya dulu,
menghilang? Apakah ia sekarang dapat merasa nyaman dengan tubuhnya? Apakah
ia dapat menemukan kepercayaan diri kembali? Jawabannya adalah tidak. Karena
menjadi kurus bukanlah solusinya. Apa yang terluka bukanlah fisik luarnya Demi,
tapi di dalamnya, dihatinya. Walaupun ia telah menjadi artis, dipuja akan
kecantikannya, bahkan jutaan wanita ingin menjadi seperti dirinya, namun tetap
saja pengalaman di-bully oleh teman-teman sekolah menghantui hidupnya.
Entah sampai kapan.
Walaupun
saat ini Demi telah menyelesaikan program rehabilitasi, Demi mengakui bahwa ia
masih berusaha keras untuk sembuh dari bulimia dan depresi yang
dialaminya. Bullying merupakan fenomena yang sangat sering terjadi dari
zaman dulu hingga sekarang. Bullying sudah sangat lumrah dilakukan oleh
anak SD, SMP dan SMA. Bullying seperti sengaja dibiarkan tanpa ada tindakan
yang berarti dari para guru dan orang tua untuk memarahi murid atau anaknya
yang melakukan bully. Tidak ada yang
tahu bahwa seseorang yang menjadi korban bullying, mungkin ia ikut tertawa
diluar, namun menangis di dalam. Siapa yang menyangka bahwa ledekan yang
sering kita dengar atau kita lakukan sehari-hari, dapat mempengaruhi hidup
seseorang sedemikian jauh, mungkin untuk sementara atau untuk selama-lamanya.
Dari kisah
hidup Demi Lovato, kita dapat menarik pelajaran yang sangat berharga mengenai
dampak bullying terhadap kehidupan seseorang. Akhir kata, saya ingin mengutip
salah satu ayat alqur’an yang saya ambil dari Surah Al-Hujurat:
“Dan janganlah kalian panggil
memanggil dengan gelar yang buruk.” (QS. Al-Hujurat: 11).
Disini
saya dapat menyimpulkan bahwa dalam aliran
Psikoanalisa ini bisa dibilang manusia adalah korban tekanan biologis dan
konflik masa kanak-kanak. Aliran ini melihat dari sisi negative individu, alam
bawah sadar (id,ego,superego, mimpi dan masa lalu). Pandangan kaum
psikoanalisa, hanya memberi kepada kita sisi yang sakit atau kurang, ‘sisi yang
pincang’ dari kodrat manusia, karena hanya berpusat pada tingkah laku yang
neouritis dan psikotis.
NURSILA
RAISAMATARI
15512518
2PA03
Dosen:
Ibu Lidya Chatrunnada
0 komentar:
Posting Komentar