Rabu, 16 April 2014

Kesehatan Mental (Tugas Pribadi) Nursila Raisamatari (15512518)

KESEHATAN MENTAL
Description: gundar.jpg
DISUSUN OLEH:
NURSILA RAISAMATARI S (15512518)


KELAS: 2PA03



UNIVERSITAS GUNADARMA
PENGALAMAN MASA LALU DEMI LOVATO 
DALAM TEORI KESEHATAN MENTAL  
"PSIKOANALISIS FREUD"

Saya akan memasukan kasus Demi Lovato terhadap teori psikoanalisis dari Freud. Sigmund freud dan orang-orang yang mengikuti ajarannya mempelajari kepribadian yang terganggu secara emosional, bukan kepribadian yang sehat atau kepribadian yang paling buruk dari kodrat manusia, bukan yang paling baik.
Kepribadian yang sehat menurut psikoanalisis antara lain:
1. Individu bergerak menurut pola perkembangan yang ilmiah.
2. Kemampuan dalam mengatasi tekanan dan kecemasan, dengan belajar
3. Mental yang sehat ialah seimbangnya fungsi dari superego terhadap id dan ego
4. Tidak mengalami gangguan dan penyimpangan pada mentalnya
5. Dapat menyesuaikan keadaan dengan berbagai dorongan dan keinginan
Namun kasus Demi Lovato sangat bertentangan dengan 5 kepribadian sehat menurut psikoanalisis, Demi Lovato tidak mampu belajar mengatasi tekanan dan kecemasan oleh trauma masa lalunya, Demi Lovato juga tidak bisa menyeimbangkan fungsi dari superego karena dia tidak bisa percaya pada kenyataan dia balik ke masa lalunya selalu, Demi Lovato juga mengalami gangguan dan penyimpangan pada mentalnya Demi Lovato menyebut penyakitnya itu adalah “physical and emotional issue” yang belakangan diketahui berupa depresi dan bulimia. Karena itu, ia mencoba untuk menyembuhkan diri dengan tinggal di tempat rehabilitasi selama tiga bula, dan Demi Lovato juga tidak dapat menyesuaikan keadaan dengan berbagai dorongan dan keinginan. Ketika dia mengadakan konser dalam keadaan lapar.
Kasus Demi Lovato ini berawal dari kelas 7th Grade, setara dengan kelas 2 SMP di Indonesia, Demi Lovato di-bully oleh teman-teman sekolahnya. Ia yang saat itu masih kanak-kanak dan innocent diledek sebagai: “Cewe Gemuk” oleh tidak hanya satu, tapi banyak teman yang menyebutnya demikian. Memang itu hanya dua kata yang sederhana, tapi siapa sangka dua kata tersebut terekam kuat di otak Demi. Bahkan mempengaruhi hidupnya sampai sekarang. Sejak usia 12 tahun, Demi membenci tubuhnya. Ia menjadi seorang penderita eating disorder yang semakin lama semakin berkembang menjadi bulimia. Bulimia adalah gangguan pola makan yang serius, dimana seseorang makan makanan dengan jumlah yang banyak dalam waktu singkat dan kemudian dia membersihkan diri dari makanan tersebut dengan cara memuntahkan kembali  makanan tersebut atau dengan menelan obat pencahar. Hal ini diakibatkan oleh keinginan kuatnya untuk menjadi kurus.
Dengan menjadi artis, tidak membuat hidup Demi lebih baik, bahkan sebaliknya. Ia semakin kehilangan kepercayaan diri dan malu akan tubuh yang menurutnya ‘gemuk’ tersebut. Pola pikir ini membuat  Demi mengadakan konser dalam keadaan lapar, kehilangan suara karena muntah, dan dalam keadaan paling buruk, ia muntah lima kali dalam sehari. Bahkan Demi merasa  depresi apabila papparazi tersebut mengambil fotonya dengan angel yang buruk, sehingga ia kelihatan lebih gemuk.  Depresi ini mengantarkan Demi untuk mulai berkenalan dengan alkohol dan mulai menyayat-nyayat tangannya dengan benda tajam. Menurut Demi, ini adalah cara untuk keluar dari kecemasan dan depresi yang dialaminya.
Demi lovato  tidak lagi gemuk. Namun, apakah itu dapat membuat luka yang ditorehkan teman-teman disekolahnya dulu, menghilang? Apakah ia sekarang dapat merasa nyaman dengan tubuhnya? Apakah ia dapat menemukan kepercayaan diri kembali? Jawabannya adalah tidak. Karena menjadi kurus bukanlah solusinya. Apa yang terluka bukanlah fisik luarnya Demi, tapi di dalamnya, dihatinya. Walaupun ia telah menjadi artis, dipuja akan kecantikannya, bahkan jutaan wanita ingin menjadi seperti dirinya, namun tetap saja pengalaman di-bully oleh teman-teman sekolah menghantui hidupnya. Entah sampai kapan.
Walaupun saat ini Demi telah menyelesaikan program rehabilitasi, Demi mengakui bahwa ia masih berusaha keras untuk sembuh dari bulimia dan depresi yang dialaminya.  Bullying merupakan fenomena yang sangat sering terjadi dari zaman dulu hingga sekarang. Bullying sudah sangat lumrah  dilakukan oleh anak SD, SMP dan SMA. Bullying seperti sengaja dibiarkan tanpa ada tindakan yang berarti dari para guru dan orang tua untuk memarahi murid atau anaknya yang melakukan bully. Tidak ada yang tahu bahwa seseorang yang menjadi korban bullying, mungkin ia ikut tertawa diluar, namun menangis di dalam. Siapa yang menyangka bahwa ledekan yang sering kita dengar atau kita lakukan sehari-hari, dapat mempengaruhi hidup seseorang sedemikian jauh, mungkin untuk sementara atau untuk selama-lamanya.
Dari kisah hidup Demi Lovato, kita dapat menarik pelajaran yang sangat berharga mengenai dampak bullying terhadap kehidupan seseorang. Akhir kata, saya ingin mengutip salah satu ayat alqur’an yang saya ambil dari Surah Al-Hujurat:
“Dan janganlah kalian panggil memanggil dengan gelar yang buruk.” (QS. Al-Hujurat: 11).
Disini saya dapat menyimpulkan bahwa dalam aliran Psikoanalisa ini bisa dibilang manusia adalah korban tekanan biologis dan konflik masa kanak-kanak. Aliran ini melihat dari sisi negative individu, alam bawah sadar (id,ego,superego, mimpi dan masa lalu). Pandangan kaum psikoanalisa, hanya memberi kepada kita sisi yang sakit atau kurang, ‘sisi yang pincang’ dari kodrat manusia, karena hanya berpusat pada tingkah laku yang neouritis dan psikotis.




NURSILA RAISAMATARI
15512518
2PA03

Dosen: Ibu Lidya Chatrunnada

0 komentar:

Posting Komentar

 

All About Psychology Template by Ipietoon Cute Blog Design